Insiden di Semarang saat Hari Buruh Tuai Keprihatinan, FKUB Klaten Dorong Kerja Sama Semua Pihak

Klaten, 2 Mei 2025 – Peringatan Hari Buruh Internasional yang berlangsung di Semarang pada Kamis, 1 Mei 2025 sempat diwarnai ketegangan. Beruntung, Polda Jateng dan berbagai pihak segera bergerak cepat meredakan keadaan dan mendorong penyelesaian yang damai.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Klaten, Drs. H. Syamsudin Asrofi, MM, menyampaikan apresiasinya terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan dalam menyikapi insiden tersebut. Ia menilai upaya penyelesaian yang cepat dan kolaboratif merupakan bentuk kedewasaan dalam menjaga stabilitas sosial.
“Saya mengucapkan terima kasih atas upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan peristiwa yang terjadi pada Hari Buruh Internasional di Semarang kemarin. Hari ini, situasi telah diselesaikan dengan baik, dan semoga solusi bersama ini membawa dampak positif untuk pembangunan nasional.” Drs. H. Syamsudin Asrofi, MM.
Syamsudin juga tidak menutup keprihatinannya terhadap insiden tersebut. Ia mengamati bahwa demonstrasi serupa di wilayah lain, seperti di Jakarta, berlangsung dalam suasana yang lebih tenang dan tertib. Hal ini menurutnya menjadi pengingat bahwa pengelolaan massa membutuhkan persiapan dan koordinasi yang matang.
“Kami sempat merasa prihatin melihat peristiwa yang terjadi di Semarang. Sementara di Jakarta, demonstrasi berjalan dengan baik dan suasananya kondusif. Namun, di Jawa Tengah, terutama di daerah kami, memang ada sedikit insiden.” Drs. H. Syamsudin Asrofi, MM.
Ia menegaskan pentingnya membangun koordinasi lintas sektor untuk menciptakan suasana yang kondusif. Semua unsur masyarakat, baik dari kalangan pemerintah, aparat keamanan, hingga warga sipil, disebutnya memiliki tanggung jawab bersama dalam menjaga ketertiban dan kerukunan.
Syamsudin juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam menjaga harmoni sosial di tengah perbedaan dan keterbatasan masing-masing pihak. Ia menyerukan agar semua elemen bangsa lebih aktif dalam menciptakan komunikasi yang sehat dan sinergis.
“Kami sebagai umat beragama menyadari bahwa masing-masing memiliki keterbatasan. Kadang, karena hal-hal kecil, suasana kondusif menjadi sulit terwujud dengan baik. Maka, ke depan, koordinasi dan saling menguatkan adalah pilihan terbaik.” Drs. H. Syamsudin Asrofi, MM.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa keberhasilan dalam menciptakan suasana yang damai memerlukan dukungan dari seluruh pihak—termasuk kepolisian, TNI, pemerintah daerah, serta tokoh-tokoh masyarakat hingga tingkat desa.
Dengan semangat gotong royong, Syamsudin berharap agar peringatan Hari Buruh menjadi momen reflektif yang membangkitkan kesadaran kolektif, bukan justru menjadi pemicu ketegangan. Ia optimistis bahwa melalui dialog dan sinergi, masyarakat dapat menciptakan suasana yang lebih baik dan produktif di masa mendatang.